BAB I
PENDAHULUAN
Untuk memahami pemikir
sintetis seperti halnya Comte, adalah penting bagi kita untuk mengenal sejauh
mungkin berbagai sumber yang menjadi latar belakang pemikirannya. Hal ini
terutama karena Comte adalah Filsuf yang telah berhasil untuk mensintesakan
didalam dirinya berbagai hasil pemikiran dari berbagai ahli pikiran yang
mendahuluinya.
August Comte dikenal sebagai bapak sosiologi. Dimana ia yang pertama
kali menggunakan istilah sosiologi dalam dunia ilmu pengetahuan. Comte ini juga
dikenal sebagai tokoh sosiologi yang beraliran positivisme. Bahwa menurutnya
sosiologi atau ilmu sosial lainya untuk dapat dikatakan sebagai sebuah ilmu
pengetahuan yang ilmiah harus menggunakan metode – metode ilmu alam. Sehingga
dia kemudia dikenal sebagai tokoh positivisme dalam ilmu sosial atau sosiologi.
Dalam pandangan positivisme nya Comte kemudian berpendapat bahwa manusia itu
mengalamai evolusi atau mengalami tahap kemajuan dalam berfikir.
Kemudian August Comte merumuskan perkembangan manusia menjadi 3 tahap
atau 3
jenjang.
1. Tahap
Teologis
Tahap ini merupakan periode terlama dalam sejarah. Karena awal mula
pekembangan akal budi memakai gagasan keagamaan yang belum adanya penguasaan atas
makhluk lain. Tahap inipun dibagi menjadi tiga periode :
a. Periode Fetisisme
Bentuk
pemikiran masyarakat primitif kepercayaan atas roh-roh atau bangsa halus yang
turut hidup bersama kita. Ini terlihat pada zaman purba dimana diadakan upacara
penyembahan roh halus untuk meminta bantuan maupun perlindungan.
b. Periode Politeisme
Periode
ini masyarakat telah percaya akan bentuk para penguasa bumi yakni para
dewa-dewa yang terus mengontrol semua gejala alam.
c. Periode Monoteisme
Semakin
majunya pemikiran manusia, pada periode terakhir ini muncul kepercayaan akan
satu yang tinggi pada abad pertengahan. Kepercayaan akan Tuhan yang berkuasa
penuh atas jagad raya, mengatur segala gejala alam dan takdir makhluk.
2. Tahap
Metafisik
Tahap transisi dari teologi ke tahap positif. Dimana segala gejala
sosial terdapat kekuatan yang dapat terungkapkan (ditemukan dengan akal budi).
Namun disini belum adanya verifikasi. Mekipun penerangan dari alam sendiri tapi
belum berpangkal pada data empiris. Jadi, bisa dikatakan masih pergeseran cara
berpikir manusia.
3. Tahap
Positif
Ditahap ini gejala alam dijalaskan secara empiris namun tidak mutlak.
Tapi pengetahuan dapat berubah dan mengalami perbaikan seiring intelektual
manusia sehingga dapat diterapkan dan dimanfaatkan. Akal budi penting tapi
harus ber dasarkan data empiris agar memperoleh hukum-hukum baru.
Dalam Teori Hukum Tiga Jenjang ini di klasifikasikan dengan Kesehatan
Sosial dan Budaya yang di artikan menurut
tahapan – tahapan August Comte sangat jauh berbeda antara kodrat tuhan, teori
Filsafa dan budaya. Terutama Penyakit-penyakit yang di deritakan oleh
masyarakat yang salah satu contohnya adalah Penyakit TUBERCOLOSIS PARU (TBC)
BAB II
JENJANG TEOLOGI
PENYAKIT TBC DALAM JENJANG TEOLOGI
Jenjang
ini adalah sesuatu yang di
jelaskan dengan mengacu pada hal-hal yang bersifat Adikodrati. Yang Meliputi :
a.
Pasrah
secara teologi
Dalam
jenjang ini Manusia menganggap bahwa Penyakit ini adalah Penyakit yang di
berikan langsung dari Tuhan, karena Manusia percaya bahwa penyakit ini di
ciptakan oleh tuhan karena kehendaknya, oleh karena itu Seseorang yang
mengidap penyakit ini (TBC) harus di syukuri dan hadapi dengan tabah dan rendah hati, karena
itu semua adalah cobaan pemberian
dari Tuhan Yang Maha Esa.
b.
Gangguan
Mental secara teologi
Adapun
dalam konteks ini biasanya kesehatan mental seseorang akan terganggu minimal memiliki
perasaaan tidak puas, kecewa, tidak patuh pada aturan aturan, tidak dapat
menerima dengan baik perbedaan antar sesama, tidak mempunyai kontrol diri yang
baik, selalu di dominasi oleh emosi, rasa kecewa dan marah sehingga putus asa
dengan keadaan dirinya,
c.
Kedekatan
Spritual secara teologi
Adapun penyakit
ini secara teologi manusia selalu takut akan dosa dosanya, manusia menganggap
penyakit ini adalah kutukan dari tuhan sehingga proses penyembuhannya hanya
melalui berdoa mengharapkan ampunan dan kesembuhan dari tuhan.
BAB III
JENJANG METAFISIKA
PENYAKIT TBC DALAM JENJANG METAFISIKA
Jenjang ini adalah tahapan transisi dari teologi ke tahap positif
biasanya jenjang ini manusia memahami sesuatu dengan mengacu pada
kekuatan-kekuatan Metafisik atau hal-hal Abstrak.
Misalnya, orang yang mengidap penyakit TBC
adalah orang yang telah
diguna-guna oleh Dukun, selain itu selalu memakan makanan yang selalu di
haramkan oleh suatu Agama. Misalanya : minum minuman keras yang
berlebihan, memakan sesuatu yang bukan
haknya, dan juga karena orang yg mengidap penyakit ini biasanya terkena makan
racun.
Penyakit TBC dalam jenjang ini banyak penderita mengalami
kegagalan kesembuhan di karenakan kepercayaan – kepercayaan abstrak , sampai
sekarang pun jenjang ini masi di percaya oleh masyarakat luas.
BAB IV
JENJANG POSITIF
PENYAKIT TBC DALAM JENJANG POSITIF
Ditahap ini gejala alam dijalaskan secara empiris namun tidak mutlak
akan tetapi pengetahuan dapat berubah dan mengalami perbaikan seiring perkembangan intelektual manusia sehingga
dapat diterapkan dan dimanfaatkan secara
data empiris agar memperoleh hukum-hukum baru.
Jenjang Positif adalah gejala alam
dan sosial yang di jelaskan
dengan mengacu pada deskripsi ilmiah (jenjang ilmiah)Jenjang Positif Tentang
Penyakit Tuberklosis Paru (TBC)
yaitu : penyakit infeksi yang menyerang paru, yang disebabkan oleh Mycobacterium
Tuberkulosis paru sejenis kuman yang berbentuk batang dengan sifat yang tahan
asam. Penyebabnya adalah kuman microorganisme yaitu mycobacterium tuberkulosis
dengan ukuran panjang 1 – 4 um dan tebal 1,3 – 0,6 um, termasuk golongan
bakteri aerob gram positif serta tahan asam atau basil tahan asam.
Penularan terjadi karena kuman dibatukan atau dibersinkan keluar menjadi droflet nuklei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1 – 2 jam, tergantung ada atau tidaknya sinar ultra violet. dan ventilasi yang baik dan kelembaban. Dalam suasana yang gelap dan lembab kuman dapat bertahan sampai berhari – hari bahkan berbulan, bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang yang sehat akan menempel pada alveoli kemudian partikel ini akan berkembang bisa sampai puncak apeks paru sebelah kanan atau kiri dan dapat pula keduanya dengan melewati pembuluh linfe, basil berpindah kebagian paru – paru yang lain atau jaringan tubuh yang lain. Setelah itu infeksi akan menyebar melalui sirkulasi, yang pertama terangsang adalah limfokinase, yaitu akan dibentuk lebih banyak untuk merangsang macrofage, berkurang tidaknya jumlah kuman tergantung pada jumlah macrofage. Karena fungsinya adalah membunuh kuman / basil apabila proses ini berhasil & macrofage lebih banyak maka klien akan sembuh dan daya tahan tubuhnya akan meningkat. Tetapi apabila kekebalan tubuhnya menurun maka kuman tadi akan bersarang didalam jaringan paru-paru dengan membentuk tuberkel, biji – biji kecil sebesar kepala jarum Tuberkel lama kelamaan akan bertambah besar dan bergabung menjadi satu dan lama-lama timbul perkejuan ditempat tersebut.apabila jaringan yang nekrosis dikeluarkan saat penderita batuk yang menyebabkan pembuluh darah pecah, maka klien akan batuk darah ( hemaptoe ). Tanda dan gejala pada klien secara obyektif adalah :
Penularan terjadi karena kuman dibatukan atau dibersinkan keluar menjadi droflet nuklei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1 – 2 jam, tergantung ada atau tidaknya sinar ultra violet. dan ventilasi yang baik dan kelembaban. Dalam suasana yang gelap dan lembab kuman dapat bertahan sampai berhari – hari bahkan berbulan, bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang yang sehat akan menempel pada alveoli kemudian partikel ini akan berkembang bisa sampai puncak apeks paru sebelah kanan atau kiri dan dapat pula keduanya dengan melewati pembuluh linfe, basil berpindah kebagian paru – paru yang lain atau jaringan tubuh yang lain. Setelah itu infeksi akan menyebar melalui sirkulasi, yang pertama terangsang adalah limfokinase, yaitu akan dibentuk lebih banyak untuk merangsang macrofage, berkurang tidaknya jumlah kuman tergantung pada jumlah macrofage. Karena fungsinya adalah membunuh kuman / basil apabila proses ini berhasil & macrofage lebih banyak maka klien akan sembuh dan daya tahan tubuhnya akan meningkat. Tetapi apabila kekebalan tubuhnya menurun maka kuman tadi akan bersarang didalam jaringan paru-paru dengan membentuk tuberkel, biji – biji kecil sebesar kepala jarum Tuberkel lama kelamaan akan bertambah besar dan bergabung menjadi satu dan lama-lama timbul perkejuan ditempat tersebut.apabila jaringan yang nekrosis dikeluarkan saat penderita batuk yang menyebabkan pembuluh darah pecah, maka klien akan batuk darah ( hemaptoe ). Tanda dan gejala pada klien secara obyektif adalah :
1. Keadaan postur tubuh klien yang tampak
etrangkat kedua bahunya.
2. BB klien biasanya menurun; agak kurus.
C.°3. Demam, dengan suhu tubuh bisa mencapai 40 - 41
4. Batu lama, > 1 bulan atau adanya batuk kronis.
5. Batuk yang kadang disertai hemaptoe.
6. Sesak nafas dan Nyeri dada.
7. Nyeri dada.
2. BB klien biasanya menurun; agak kurus.
C.°3. Demam, dengan suhu tubuh bisa mencapai 40 - 41
4. Batu lama, > 1 bulan atau adanya batuk kronis.
5. Batuk yang kadang disertai hemaptoe.
6. Sesak nafas dan Nyeri dada.
7. Nyeri dada.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Hukum kemajuan manusia terdapat tiga jenjangyaitu;
1.
Jenjang Teologi
Tahap teologis atau yang sering disebut tahap mitos merupakan tahap di
mana manusia masih mempercayai hal-hal mistik sehingga mereka tidak menanyakan
sebab akibat dari gejala alam yang terjadi di sekitarnya. Misalnya terjadinya
pelangi yang mereka anggap merupakan selendang bidadari, terjadinya petir yang
dianggap dewa murka, dan lain sebagainya
2.
Jenjang Metafisik
Tahap metafisik
merupakan tahap perpindahan antara tahap teologis ke tahap positif. Tahap ini
ditandai oleh suatu kepercayaan akan hukum-hukum alam yang dapat ditemukan
dengan akal budi. Jadi dalam masa ini, masyarakat telah menggunakan nalar
mereka untuk menentukan logis tidaknya kejadian alam yang ada.
3.
Jenjang Positif
Tahap
Positif ditandai oleh kepercayaan akan data empiris sebagai sumber pengetahuan
terakhir, tetapi sekali lagi pengetahuan itu sifatnya sementara dan tidak
mutlak atau sering disebut dengan dinamis. Di sini menunjukkan bahwa semangat
positivisme yang selalu terbuka secara terus menerus terhadap data baru yang
terus mengalami pembaharuan dan menunjukkan dinamika yang tinggi. Analisa
rasional mengenai data empiris akhirnya akan memungki nkan manusia untuk
memperoleh hukum-hukum yang bersifat uniformitas.
B.Saran
Diharapkan kita dapat memahami
tiga hukum kemajuan manusia yaitu tahap teologi,tahap metafisika, dan
tahap positif. makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak