Sabtu, 15 Maret 2014

Hukum Tiga Jenjang


BAB I
PENDAHULUAN

Untuk memahami pemikir sintetis seperti halnya Comte, adalah penting bagi kita untuk mengenal sejauh mungkin berbagai sumber yang menjadi latar belakang pemikirannya. Hal ini terutama karena Comte adalah Filsuf yang telah berhasil untuk mensintesakan didalam dirinya berbagai hasil pemikiran dari berbagai ahli pikiran yang mendahuluinya.
August Comte dikenal sebagai bapak sosiologi. Dimana ia yang pertama kali menggunakan istilah sosiologi dalam dunia ilmu pengetahuan. Comte ini juga dikenal sebagai tokoh sosiologi yang beraliran positivisme. Bahwa menurutnya sosiologi atau ilmu sosial lainya untuk dapat dikatakan sebagai sebuah ilmu pengetahuan yang ilmiah harus menggunakan metode – metode ilmu alam. Sehingga dia kemudia dikenal sebagai tokoh positivisme dalam ilmu sosial atau sosiologi. Dalam pandangan positivisme nya Comte kemudian berpendapat bahwa manusia itu mengalamai evolusi atau mengalami tahap kemajuan dalam berfikir.
Kemudian August Comte merumuskan perkembangan manusia menjadi 3 tahap atau 3 jenjang.
1. Tahap Teologis
Tahap ini merupakan periode terlama dalam sejarah. Karena awal mula pekembangan akal budi memakai gagasan keagamaan yang belum adanya penguasaan atas makhluk lain. Tahap inipun dibagi menjadi tiga periode :
a. Periode Fetisisme
Bentuk pemikiran masyarakat primitif kepercayaan atas roh-roh atau bangsa halus yang turut hidup bersama kita. Ini terlihat pada zaman purba dimana diadakan upacara penyembahan roh halus untuk meminta bantuan maupun perlindungan.
b. Periode Politeisme
Periode ini masyarakat telah percaya akan bentuk para penguasa bumi yakni para dewa-dewa yang terus mengontrol semua gejala alam.




c. Periode Monoteisme
Semakin majunya pemikiran manusia, pada periode terakhir ini muncul kepercayaan akan satu yang tinggi pada abad pertengahan. Kepercayaan akan Tuhan yang berkuasa penuh atas jagad raya, mengatur segala gejala alam dan takdir makhluk.
2. Tahap Metafisik
Tahap transisi dari teologi ke tahap positif. Dimana segala gejala sosial terdapat kekuatan yang dapat terungkapkan (ditemukan dengan akal budi). Namun disini belum adanya verifikasi. Mekipun penerangan dari alam sendiri tapi belum berpangkal pada data empiris. Jadi, bisa dikatakan masih pergeseran cara berpikir manusia.
3. Tahap Positif
Ditahap ini gejala alam dijalaskan secara empiris namun tidak mutlak. Tapi pengetahuan dapat berubah dan mengalami perbaikan seiring intelektual manusia sehingga dapat diterapkan dan dimanfaatkan. Akal budi penting tapi harus ber dasarkan data empiris agar memperoleh hukum-hukum baru.
Dalam Teori Hukum Tiga Jenjang ini di klasifikasikan dengan Kesehatan Sosial dan Budaya yang di artikan  menurut tahapan – tahapan August Comte sangat jauh berbeda antara kodrat tuhan, teori Filsafa dan budaya. Terutama Penyakit-penyakit yang di deritakan oleh masyarakat yang salah satu contohnya adalah Penyakit TUBERCOLOSIS PARU (TBC)









BAB II
JENJANG TEOLOGI

PENYAKIT TBC DALAM JENJANG TEOLOGI
               Jenjang ini adalah sesuatu yang di jelaskan dengan mengacu pada hal-hal yang bersifat Adikodrati. Yang Meliputi :
a.       Pasrah secara teologi
      Dalam jenjang ini Manusia menganggap bahwa Penyakit ini adalah Penyakit yang di berikan langsung dari Tuhan, karena Manusia percaya bahwa penyakit ini di ciptakan oleh tuhan karena kehendaknya, oleh karena itu Seseorang yang mengidap penyakit ini (TBC)  harus di syukuri dan  hadapi dengan tabah dan rendah hati, karena itu semua adalah cobaan pemberian dari Tuhan Yang Maha Esa.
b.      Gangguan Mental secara teologi
      Adapun dalam konteks ini biasanya kesehatan mental seseorang akan terganggu minimal memiliki perasaaan tidak puas, kecewa, tidak patuh pada aturan aturan, tidak dapat menerima dengan baik perbedaan antar sesama, tidak mempunyai kontrol diri yang baik, selalu di dominasi oleh emosi, rasa kecewa dan marah sehingga putus asa dengan keadaan dirinya,
c.       Kedekatan Spritual secara teologi
      Adapun penyakit ini secara teologi manusia selalu takut akan dosa dosanya, manusia menganggap penyakit ini adalah kutukan dari tuhan sehingga proses penyembuhannya hanya melalui berdoa mengharapkan ampunan dan kesembuhan dari tuhan.





BAB III
JENJANG METAFISIKA

            PENYAKIT TBC DALAM JENJANG METAFISIKA
Jenjang  ini adalah tahapan transisi dari teologi ke tahap positif  biasanya jenjang ini  manusia memahami sesuatu dengan mengacu pada kekuatan-kekuatan Metafisik atau hal-hal Abstrak.
Misalnya, orang yang mengidap penyakit  TBC adalah orang yang  telah diguna-guna oleh Dukun, selain itu selalu memakan makanan yang selalu di haramkan oleh suatu Agama. Misalanya : minum minuman keras yang berlebihan,  memakan sesuatu yang bukan haknya, dan juga karena orang yg mengidap penyakit ini biasanya terkena makan racun.
Penyakit TBC dalam jenjang ini banyak penderita mengalami kegagalan kesembuhan di karenakan kepercayaan – kepercayaan abstrak , sampai sekarang pun jenjang ini masi di percaya oleh masyarakat luas.  











BAB IV
JENJANG POSITIF

            PENYAKIT TBC DALAM JENJANG POSITIF
Ditahap ini gejala alam dijalaskan secara empiris namun tidak mutlak akan tetapi pengetahuan dapat berubah dan mengalami perbaikan seiring  perkembangan intelektual manusia sehingga dapat diterapkan dan dimanfaatkan  secara data empiris agar memperoleh hukum-hukum baru.
Jenjang Positif adalah gejala alam dan sosial yang di jelaskan dengan mengacu pada deskripsi ilmiah (jenjang ilmiah)Jenjang Positif Tentang Penyakit Tuberklosis Paru (TBC) yaitu :       penyakit infeksi yang menyerang paru, yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberkulosis paru sejenis kuman yang berbentuk batang dengan sifat yang tahan asam. Penyebabnya adalah kuman microorganisme yaitu mycobacterium tuberkulosis dengan ukuran panjang 1 – 4 um dan tebal 1,3 – 0,6 um, termasuk golongan bakteri aerob gram positif serta tahan asam atau basil tahan asam.
            Penularan terjadi karena kuman dibatukan atau dibersinkan keluar menjadi droflet nuklei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1 – 2 jam, tergantung ada atau tidaknya sinar ultra violet. dan ventilasi yang baik dan kelembaban. Dalam suasana yang gelap dan lembab kuman dapat bertahan sampai berhari – hari bahkan berbulan, bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang yang sehat akan menempel pada alveoli kemudian partikel ini akan berkembang bisa sampai puncak apeks paru sebelah kanan atau kiri dan dapat pula keduanya dengan melewati pembuluh linfe, basil berpindah kebagian paru – paru yang lain atau jaringan tubuh yang lain. Setelah itu infeksi akan menyebar melalui sirkulasi, yang pertama terangsang adalah limfokinase, yaitu akan dibentuk lebih banyak untuk merangsang macrofage, berkurang tidaknya jumlah kuman tergantung pada jumlah macrofage. Karena fungsinya adalah membunuh kuman / basil apabila proses ini berhasil & macrofage lebih banyak maka klien akan sembuh dan daya tahan tubuhnya akan meningkat. Tetapi apabila kekebalan tubuhnya menurun maka kuman tadi akan bersarang didalam jaringan paru-paru dengan membentuk tuberkel,  biji – biji kecil sebesar kepala jarum Tuberkel lama kelamaan akan bertambah besar dan bergabung menjadi satu dan lama-lama timbul perkejuan ditempat tersebut.apabila jaringan yang nekrosis dikeluarkan saat penderita batuk yang menyebabkan pembuluh darah pecah, maka klien akan batuk darah ( hemaptoe ).     Tanda dan gejala pada klien secara obyektif adalah :
1. Keadaan postur tubuh klien yang tampak etrangkat kedua bahunya.
2. BB klien biasanya menurun; agak kurus.
 C.
°3. Demam, dengan suhu tubuh bisa mencapai 40 - 41
4. Batu lama, > 1 bulan atau adanya batuk kronis.
5. Batuk yang kadang disertai hemaptoe.
6. Sesak nafas
dan Nyeri dada.
7. Nyeri dada.















BAB V
PENUTUP


A.          Kesimpulan
Hukum kemajuan manusia terdapat tiga jenjangyaitu;
1.      Jenjang Teologi
Tahap teologis atau yang sering disebut tahap mitos merupakan tahap di mana manusia masih mempercayai hal-hal mistik sehingga mereka tidak menanyakan sebab akibat dari gejala alam yang terjadi di sekitarnya. Misalnya terjadinya pelangi yang mereka anggap merupakan selendang bidadari, terjadinya petir yang dianggap dewa murka, dan lain sebagainya
2.      Jenjang Metafisik
Tahap metafisik merupakan tahap perpindahan antara tahap teologis ke tahap positif. Tahap ini ditandai oleh suatu kepercayaan akan hukum-hukum alam yang dapat ditemukan dengan akal budi. Jadi dalam masa ini, masyarakat telah menggunakan nalar mereka untuk menentukan logis tidaknya kejadian alam yang ada.
3.      Jenjang Positif
Tahap Positif ditandai oleh kepercayaan akan data empiris sebagai sumber pengetahuan terakhir, tetapi sekali lagi pengetahuan itu sifatnya sementara dan tidak mutlak atau sering disebut dengan dinamis. Di sini menunjukkan bahwa semangat positivisme yang selalu terbuka secara terus menerus terhadap data baru yang terus mengalami pembaharuan dan menunjukkan dinamika yang tinggi. Analisa rasional mengenai data empiris akhirnya akan memungki nkan manusia untuk memperoleh hukum-hukum yang bersifat uniformitas.

B.Saran
Diharapkan kita dapat memahami  tiga hukum kemajuan manusia yaitu tahap teologi,tahap metafisika, dan tahap positif.  makalah ini  dapat bermanfaat  bagi semua pihak